“Terbinanya insan Hedonis, Politis dan Inkonstitusionalis.”
Oleh: Zidan Takalamingan
Bismillah. Penulis mencoba untuk mendeskripsikan tulisan ini sebagai bentuk autokritik kepada kita semua sebagai kader, yang katanya bangga jadi “Kader HMI” entah bermodalkan LK1, LK 2, maupun sampai pada tingkatan pengkaderan LK 3.
Menilik sedikit tentang latar belakang berdiri-nya Himpunan Mahasiswa Islam, secara singkat HMI adalah organisasi mahasiswa yang didirkan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 februari 1947, atas prakarsa Lafra Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).
Namun pada tulisan ini saya sebagai penulis tidak ingin berfokus bicara pada sejarah HMI, dikarenakan banyak kader yang lebih paham dan secara eksplisit mengetahui sejarah pembentukan HMI, penulis ingin mencoba untuk menilai kondisi kader HMI di era disrupsi saat ini.
Berbicara arah juang dalam mencapai tujuan HMI, mungkin kita sebagai kader mengetahui atau pernah mendengar sejarah dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib, bahwa semangat NDP lahir dari sebuah buku kecil berjudul “Basic Demand and Fundamental Values of Socialist Democratic Party karya Willi Eichler. Buku tersebut kemudian didiskusikan dalam limited grup yang dihadiri Nurcholish Madjid dimana dia melihat memiliki kesamaan prinsip didalamnya dengan beberapa ajaran Quran sehingga kemudian berpikir membuat teks serupa. Maka lahirlah pembuatan naskah ideologis serupa dalam tiga buah: pertama, Basic Demand (tuntutan dasar), kedua, Fundamental Values (nilai-nilai dasar), ketiga adalah rumusan gerakan keislaman dan keindonesiaan HMI.
Jika kita melihat situasi saat ini, nampaknya kader HMI mulai kehilangan arah dalam melakukan perjuangan-nya, doktrin-doktrin perjuangan sebagai ideology organisasi dan tujuan HMI yang termaktub dalam Pasal 4 sebagai arah dan alasan secara konstitusional Himpunan ini dijalankan mulai seakan rapuh tak dipatuhi dan di anggap remeh oleh setiap kader. Sekarang kader sibuk untuk mencari kesenangan saja (Hedonis) dalam berhimpun, mengurusi hal-hal yang bersifat kepentingangan pribadi atau kelompok (Politis), dan bahkan (Konstitusi) HMI hanya dihafalkan pada saat pengkaderan namun setelah itu hanya menjadi sebuah tulisan belaka yang terus dilanggar.
Padahal jika kita ingin mengetahui lebih dalam tujuan HMI, penulis ingin memberikan korelasi dengan perjuan berangkat daripada Basic Demand Indonesia sebagai bentuk untuk meluruskan kembali arah perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam, hal tersebut masuk dalam beberapa rumusan tuntutan dalam bingkai:
Memudarnya tradisi intelektual HMI baik secara kelembagaan maupun personal menjadi salah satu factor lambannya HMI dalam menanggapi perkembangan peradaban yang begitu cepat. Ironisnya, aktivitas kader HMI saat ini lebih banyak kader minat terhadap kajian kiri secara keseluruhan daripada membaca sesuatu yang berguna bagi kemanusiaan seperti NDP yang sudah tidak lagi sebagai landasan berpijak atau bergerak dalam mewujudkan tujuan HMI.