Sedikit pengantar di atas, penulis memutuskan untuk mengambil judul “HMI HILANG ARAH: TERBINYA INSAN HEDONIS, POLITIS, DAN PRAGMATIS”. Hal tersebut hanya sebatas bagaimana kita merenungkan kembali maksud dan tujuan daripada NDP dan tak kalah penting yang memiliki korelasi dengan tema ialah Konstitusi HMI sebagai acuan dasar dalam berorganisasi. Dimana dalam pasal 4 AD/ART HMI telah jelas menyebutkan :”Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT”.
Ada pergantian kata dari tujuan yang telah disebutkan dalam AD/ART HMI, ialah dengan dirubah menjadi 3 unsur yang berangkat melihat kondisi kader HMI saat ini: Hedonis, Politis dan Pragmatis. 3 Unsur ini saya akan coba memberikan pernyataan berangkat dari beberapa pamdangan kader HMI yang saya temui dan kita berdiskusi untuk memberikan pandangan masing-masing situasi kader HMI dalam ajang silaturahmi entah dalam tataran tingkat lokal maupun nasional.
Hedonis: Jika melihat dari segi definisi Hedonis ialah berasal dari bahasa Yunani “Hedone” berarti kesenangan, atau secara garis besar Hedonis ialah individu atau sekelompok orang yang gaya hidupnya hanya berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Saat ini mungkin kita akan bisa melihat banyak-nya kader HMI bertebaran diseluruh Indonesia yang memiliki sifat hedonis ini, contoh-nya minat diskusi, kajian, ataupun penelitian yang sudah kurang dan lebih senang jika diajak jalan-jalan atau nongkrong dirumah kopi tanpa berdiskusi terhadap hal-hal yang sebenarnya memiliki nilai untuk bisa di bahas atau bahkan kader HMI memberikan pandangan seperti solusi kepada pihak terkait. Untuk saat ini bahasa akademis sudah jadi hal yang telah tergantikan menjadi hedonis, dikarenakan entah senior ataupun junior HMI lebih banyak minat-nya terhadap pembahasan dunia yang tidak perlu lagi melelahkan daripada memberikan sumbangsihnya dalam berbangsa dan bernegara, bahkan sampai ketika sebuah kader HMI yang mencoba untuk menjalankan secara baik maksud dari akademis akan timbul justifikasi bahwa kader tersebut “sok pintar, ambisius, bahkan sampai pada di diskriminasi dalam ruang lingkup HMI”.