MANADO, MSN – Januari tahun 2014, Kota Manado porak – poranda dihantam bencana banjir bandang. Banjir merendam 10 kecamatan yakni Paal II, Wenang, Tikala, Sario, Tuminting, Singkil, Wanea, Mapanget, Paal IV dan Bunaken.
DAS Tondano dan DAS Sawangan tidak mampu menahan debit air yang cukup besar kala itu.
27 Januari Tahun 2023, Kota Manado kembali dilanda banjir, mengakibatkan beberapa Kecamatan terdampak banjir dan tanah longsor akibat curah hujan yang cukup tinggi. Dan hadirnya Bendungan Kuwil mereduksi debit banjir sampai dengan 96 m2 per detik.
Direktur Sungai dan Pantai Kementrian PUPR RI Bob Arthur Lombogia mengatakan salah satu tujuan dan fungsi pembangunan bendungan kuwil ini adalah untuk mereduksi banjir pada Q50 dengan kubikasi sampai dengan 146 meter kubik per detik.
Dijelaskannya, saat terjadi banjir pada Jumat (27/01) dari 6 sungai yang melintas di Kota Manado yaitu Sungai Bailang, Mahawu, Tondano, Sungai Tikala, Sungai Sario dan Sungai Malalayang, yang menjadi DAS bendungan Kuwil dengan area pelayanan adalah DAS Tondano dimana bagian hilirnya ada Sungai Tikala.
“Dari semua sungai yang ada, kita lihat konsentrasi curah hujan yang cukup tinggi dengan curah hujan 300 ml per hari di bagian Kota Manado, dimana kita lihat bersama di sungai Bailang dan sungai Mahawu meluap, sementara DAS tondano relatif tidak meluap, ada luapan air sedikit di sungai Tikala yg merupakan anak sungai Das Tondano,” ucapnya.
Dirinya mengatakan, pada hari jumat elevasi bendungan mencapai 96.6, maka 2 pintu yang ada di bendungan ditutup. Kapasitas 1 pintu di kuwil mencapai 143 m2 per detik, saat ditutup maka akan terjadi kenaikan genangan di bendungan dari 96.6 menjadi 98.2. Artinya kenaikan air dibendungan sekitar 2 meter, dimana hampir 2 meter tersebut yang ditampung adalah 2.3 juta kubik. Kalau 2.3 juta kubik itu jika tidak kita tampung disini dan akan masuk ke Kota Manado. Maka banjir yang akan terjadi lebih parah dari tahun 2014,” tuturnya.
“Kalau kita bandingkan dengan banjir yang terjadi di 2014 itu curah hujannya 146 – 215 M2 per hari, banjir yg terjadi saat ini Kota Manado yaitu 300 mili meter perhari artinya curah hujan yg terjadi saat ini lebih tinggi dari yang terjadi pada 15 januari 2014. Hal tersebut yg menyebabkan banjir di sungai Mahawu dan Tikala,” terangnya.
Dulu air di lapangan depan kantor Walikota airnya mencapai hingga 3 meter karena terjadi back water sungai Tondano tinggi, sungai Tikala tidak bisa keluar airnya, akhirnya air balik dan menggenangi lapangan dan kantor Walikota sampai 3 meter.
“Penyebab terjadinya banjir tahun ini disebabkan kapasitas penampungan debit air di sungai Mahawu dan sungai Bailang tidak memadai. Kami bersama pak Walikota sudah melihatnya langsung, perlu kita kaji sungai Mahawu dan Bailang bisa seperti itu,” pungkasnya.
Sementara itu, Walikota Manado Andrei Angouw menyampaikan, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih menempati daerah – daerah bantaran sungai juga bangunan – bangunan yang didirikan di atas saluran air/drainase.
“Sebaimana baik kita membuat drainase dan sebanyak apapun bendungan, kalau masyarakat masih tinggal di atas drainase dan bantaran sungai masih akan terjadi banjir, cerita lama ini akan terulang – ulang lagi,” kata Angouw.
Walikota manambahkan, masyarakat yang tinggal di daerah bantaran sungai masih banyak padahal Pemkot sudah menyiapkan rumah relokasi di Pandu sejak tahun 2015.
“Upaya grand strategi yaitu menyiapkan rumah susun dan rumah relokasi di pandu, kita dorong yang masih tinggal di bantaran untuk tinggal di pandu,” tukasnya.
Dari data BPBD Kota Manado, yang menempati rumah relokasi Pandu hanya sekitar 500 orang dari 2000 rumah yang tersedia.
(FINA)