Manadosulutnews.comMINUT–Nasib beberapa pemilik lubang di tambang Tatelu diduga terus digantung PT MSM. Alhasil kerugian baik dari materi, tenaga, bahkan sampai air mata sudah tak terhitung lagi.
Disatu sisi, perusahaan ini terus mengumbar janji-janji “Manis” kepada para penambang, sehingga polemik di lokasi batu emas ini terus berjalan tanpa ada muara penyelesaian.
Buktinya, Selasa (23/5) kemarin, terpantau pihak PT MSM sudah menutup sepihak beberapa lokasi milik para penambang serta memasang baliho Objek Vital Nasional (Obvitnas). Sehingga terjadi argumentasi antara pihak penambang dan pihak keamanan Ditpamobvit.
Glendy Wuisan salah satu pemilik lubang mengaku kecewa dengan pihak PT MSM yang terkesan membodohi dengan janji-janji “Manis” tanpa ada realisasi.
“Kami sampai saat ini masih menunggu janji-janji kemitraan yang dikatakan pihak perusahaan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tapi apa yang kami dapati? malahan berbanding terbalik dengan apa yang dijanjikan,” katanya.
Glendy mengungkapkan, sementara menunggu janji dari perusahaan pihaknya sudah banyak alami kerugian, mulai dari materi, tenaga, sampai air mata.
“Yang kami minta, sambil menunggu kemitraan tersebut kami akan terus bekerja, keluarga kami juga perlu makan. Jangan perusahaan menggantungkan nasib kami dengan janji-janji yang sampai sekarang tidak terealisasi. Statement pak bupati sudah jelas, sambil menunggu keputusan dari perusahaan, kami kerja dulu. Tetapi fakta dilapangan, kami diintimidasi oleh perusahaan lewat para anggota yang bertugas di lokasi tambang,” ungkapnya.
Glendy menuturkan, sesuai kesepakatan awal pada 1 April ditutup dan kembali di buka tanggal 25 April, lalu diulur sampai tanggal 4 Mei. Sampai waktu yang ditentukan, juga tidak ada kejelasan. Makanya, pihaknya berinisiatif untuk melakukan aktifitas seperti biasa, mengingat kebutuhan untuk makan sehari-hari sudah tidak ada.
“Tapi kami terus diintimidasi, mau perusahaan apa?. Kami menunggu keputusan dari perusahaan, sampai kapan? Kita juga mau makan apa, jika digantung seperti ini? Sedangkan kami dilarang untuk bekerja. Kasihan nasib kami, kasihan nasib pekerja kami,” kesalnya
Senada, salah satu pemilik lubang Berty Kolantung bermohon, kepada pihak PT MSM untuk segera menyelesaikan polemik ini sesuai janji-janji yang dikatakan.
“Mau sampai kapan seperti ini? Tolonglah, berikan kami kejelasan, kami hanya rakyat kecil yang mau mencari makan demi keluarga kami. Dibeberapa pertemuan dengan pihak perusahaan, selalu tidak ada keputusan. Karena, pihak perusahaan selalu mengutus orang yang tidak bisa mengambil keputusan. Apakah ini strategi dari perusahaan agar supaya kami mengalah?. Kami tidak akan pernah mundur,” tegasnya.
Berty menambahkan, dengan adanya penutupan sepihak ini para pekerja penambang sudah pulang, karena takut diintimidasi.
“Kami sangat dirugikan, walaupun para pekerja penambang ini sudah pulang, tapi kita tetap memberikan gaji kepada mereka. Karena kami menjamin kebutuhan keluraga para pekerja penambang ini. Sedangkan posisi sekarang, lubang kami ditutup tanpa sepengetahuan kami,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu personil Ditpamobvit yang bertugas dilokasi menegaskan, tidak ada dugaan pengancaman intimidasi apalagi penganiayaan yang terjadi seperti yang dituduhkan.
“Kita bekerja sesuai SOP, kita juga ada sprint. Tindakan kita adalah melakukan pengamanan, bukan dugaan pengancaman intimidasi apalagi penganiayaan. Karena tidak ada bukti yang membenarkan tuduhan itu,” katanya.
Dia menambahkan, aspirasi dari para penambang ini akan diteruskan ke pihak perusahaan.
“Saya hanya bertugas disini, bukan pengambil keputusan. Tapi aspirasi dari bapak-bapak ini saya akan sampaikan ke perusahaan, dan aktifivitas dihentikan dulu sampai ada keputusan dari pihak perusahaan,” tandasnya.
Sekedar informasi, keempat pemilik lubang tambang yakni Glendy Wuisan, Frengky Motialo, Esau Dipan, Berty Kolantung.
Penulis : Rivo Lumihi