SULUT, MSN – Banyak yang belum mengenal Minyak Nilam, minyak atsiri memancarkan aroma khas yang begitu menggoda, dengan sentuhan kekayuan, kelembutan, dan kepedasan yang menyegarkan. Dibalik kegunaanya, minyak Nilam juga menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar.
Di Sulawesi Utara minyak Nilam sudah masuk dalam komoditas unggulan selain Kelapa dan cengkeh. Industri minyak Nilam telah menjadi sumber penghidupan baru bagi warga masyarakat Sulawesi Utara.
Tak hanya berkontribusi terhadap perekonomian lokal, sektor ini juga berpeluang besar untuk memperkuat perekonomian nasional. Namun ada tantangan yang kini menghantui petani yaitu Fluktuasi harga yang cenderung turun.
Fluktuasi harga masalah para petani
Hal ini yang dikeluhkan para petani lokal khususnya daerah Sulawesi Utara Minahasa, dimana turunnya harga minyak Nilam menjadi masalah serius bagi petani, Sebelumnya harga minyak nilam di atas Rp 1 juta.
Namun beberapa bulan ini terus mengalami penurunan. Harga minyak nilam saat ini berada di angka Rp 500 – 600 ribu per kilogram.
Situasi ini yang membuat minat para petani lokal dalam menanam minyak Nilam menurun. Kondisi yang sangat disayangkan, Di mana minyak Nilam saat ini sudah menjadi salah satu komoditas unggulan juga menupang penghidupan warga petani sulawesi utara.
Perhatian Pemerintah
Pemerintah dan instansi terkait di Sulawesi Utara diminta menyikapi persoalan ini dalam bentuk implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani misalnya, mengatur perlindungan petani dari berbagai aspek, termasuk kepastian usaha, harga komoditas pertanian, dan penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi.
Sumber : Artikel Juan Walandouw
(Reby)