Manado, MSN – Sektor jasa yang padat teknologi harus jadi salah satu andalan ekspor Indonesia di masa depan. Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga saat menjadi pembicara kunci dalam Sosialisasi Perundingan perdagangan jasa ASEAN atau ASEAN TRADE IN SERVICE AGREEMENT (ATISA) yang digelar di Four Points Hotel Manado, Kamis (21/04/2022).
Menurut Jerry potensi Indonesia dalam bidang jasa sangat besar didorong oleh perkembangan industry jasa itu sendiri di Indonesia. Indonesia sendiri punya beberapa sektor jasa andalan seperti pariwisata, konstruksi, telekomunikasi, jasa Teknik, hingga sector jasa keuangan.
“Dan jangan lupa jasa perdagangan produk-produk berbasis teknologi seperti asset crypto, game online, pengembangan aplikasi dan sebagainya,” kata Wamendag.
Jerry memang dikenal sangat getol menyampaikan ide-ide pengembangan produk digital maupun produk berbasis teknologi yang tinggi seperti asset crypto. Jerry bahkan dikenal sebagai salah satu pelopor upaya regulasi asset crypto di Indonesia. Hasilnya, perdagangan asset crypto di Indonesia berkembang lebih dari 1400 persen pada periode 2020 hingga 2021. Asset crypto juga diperkirakan akan menjadi salah satu potensi pajak yang sangat besar. Menteri Keuangan telah mengeluarkan PMK untuk mengatur perpajakan crypto ini.
“Potensi di jasa dan perdagangan crypto sangat besar. Pengembangan crypto juga akan menjadi sektor andalan ekspor Indonesia di masa depan,” tekan Wamendag.
Wamendag kembali mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa harus ada transformasi ekonomi Indonesia menuju industry 4.0. Menurutnya, pengembang sector jasa, termasuk jasa perdagangan crypto adalah wujud dari transformasi itu.
Kembali pada perundingan sector jasa, industry ini punya pertumbuhan yang cukup baik di level dunia yaitu mencapai 5,4% per tahun. Khusus di negara berkembang, pertumbuhannya bahkan mencapai 10% per tahun. Saat ini kontribusinya pada ekonomi dunia mencapai 6%. ASEAN sendiri adalah Kawasan yang sangat service intensive. Tercatat, 51% dari angkatan kerja di negara-negara ASEAN bekerja di sektor jasa. Hal itu seiring dengan transformasi struktur ekonomi dari pertanian menjadi industry.
Sebelum pandemi Covid-19, sektor jasa berkontribusi sekitar 40% hingga 60% dari GDP negara-negara ASEAN. Sektor jasa yang berperan penting terhadap GDP negara-negara ASEAN adalah jasa keuangan, jasa bisnis, jasa retail dan wholesale, diikuti oleh sektor jasa kesehatan. Dari sisi ekspor jasa didominasi oleh jasa travel, transportasi, dan jasa bisnis.
Pandemi Covid-19 telah membawa dampak buruk bagi perdagangan jasa di ASEAN, khususnya untuk moda 2, moda 3, dan moda 4 yang mencapai 1,4 triliun US$ sebelum pandemi. Sektor jasa yang terdampak dari pandemi tersebut bagi ASEAN adalah meintenance and repair dan jasa travel yang diperdagangkan melalui moda 2, kemudian jasa kontruksi, rekreasi, dan jasa distribusi melalui moda 3, dan jasa pendidikan dan jasa kesehatan yang diperdagangkan melalui moda 4.
Kontras dengan beberapa sektor tersebut, sektor jasa komunikasi, informasi dan jasa finansial tidak terlalu terpukul akibat pandemi karena semua jasa ini dapat dilakukan secara online sehingga penyedia jasa masih dapat memberikan layanan kepada konsumen meskipun karyawan mereka work from home.
Menurut Wamendag, keunggulan potensi Indonesia harus terus didorong agar menguasai pasar ASEAN. Pemerintah menurutnya terus meningkatkan fasilitasi pengembangan industry jasa. Ia yakin Indonesia bisa sangat kompetitif dalam industry ini ke depannya.
“Syaratnya adalah kualitas tenaga kerja yang semakin meningkat, kualitas entrepreneurship yang unggul serta sinergi antara Pemerintah dan swasta yang baik,” pungkas Wamendag.
(Stev/KemendagRI)