MINSEL, MSN – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Minahasa Selatan (Minsel) merespon cepat masalah dugaan perudungan yang dilakukan oknum Kepala Sekolah SMPN 3 Amurang Barat (Ambar).
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Minsel, Arthur Tumipa kepada manadosulutnews.com, Rabu (22/10/2025).
“Setelah mendengar informasi dugaan perudungan tersebut, saya menginstruksikan Kepala Bidang Dikdas bersama tim untuk turun langsung ke sekolah guna mencari informasi,” ujar Tumipa.
Sementara itu, Kepala Bidang Dikdas, Marten Wonseke mengatakan, setelah pihaknya berkunjung ke sekolah, mereka belum berhasil mempertemukan Kepsek dan pihak orang tua. Namum mendengar kronologi dari oknum Kepsek, masalah ini kemungkinan terjadi akibat adanya kesalapahaman dalam informasi.
“Menurut pengakuan kepala sekolah ia tidak pernah menyampaikan tuduhan ataupun perudungan seperti yang viral di media sosial. Bahkan menurut Kepsek, siswi tersebut merupakan salah satu murid kesayangannya karena dikenal rajin,” terang Kabid Wonseke.
Wonseke menambahkan, dikarenakan pada Apel hari Senin siswi tersebut tidak hadir di sekolah, kepala sekolah berpesan kepada wali kelas dan rekan siswi tersebut untuk menghadap pada besok hari.
“Siswi tersebut disuruh menghadap wali kelas pada hari Selasa terkait masalah ketidak hadirannya, dikarenakan siswi tersebut dikenal rajin masuk sekolah dan tidak biasanya absen. Jadi kemungkinan ini awal terjadinya kesalahpahaman informasi, tapi kami juga akan tetap mendengarkan keterangan dari orang tua,” tambah Wonseke.
Mendengar apa yang disampaikan Kepala Sekolah, Kadis Arthur Tumipa mengatakan akan terus mengawal kejadian tersebut dengan mendengarkan keterangan dari dua arah, baik dari kepala sekolah dan orang tua.
“Tentunya kami berupayah untuk terus mencari informasi terhadap pihak sekolah dan orang tua, agar supaya tidak terjadi miskomunikasi dalam masalah ini, sehingga siswi tersebut bisa kembali bersekolah,” tutur Tumipa.
Lebih jauh disampaikan Tumipa, pihaknya akan memfasilitasi kedua belah pihak agar secepatnya bisa bertemu, sehingga persoalan ini bisa cepat terselesaikan dan anak tersebut bisa kembali bersekolah.
“Saya berharap, dari pihak sekolah maupun orang tua untuk lebih memahami permasalahan ini demi kelanjutan pendidikan anak. Karena yang terpenting disini adalah, anak harus segera sekolah dan mendapatkan haknya dalam pendidikan,” harap Tumipa.
Diketahui sebelumnya, masalah dugaan perudungan ini sempat viral di Media Sosial (Medsos) setelah diposting oleh pihak keluarga dengan akun Violet Zhe, Rabu (22/10) pagi.
Feisy Tuti Tumuyu selaku keluarga mengatakan, kejadian tersebut berawal pada Jumat (17/10) saat oknum Kepsek menyuruh siswi berinisial PT mengambil barang di kendaraan mobil miliknya.
Atas perintah sang Kepsek, PT pun mengambil barang tersebut. Dan menurut keluarga, pada saat itu ada saksi yang melihat siswi mengambil dan membawa barang sesuai yang diperintahkan kepala sekolah.
Namun herannya, pada hari Senin, (20/10) di Apel pagi yang dihadiri seluruh siswa dan para guru, sang Kepsek menyampaikan bahwa dia kehilangan sesuatu di dalam mobilnya, sementara yang mengambil barang pada hari Jumat hanya siswa PT.
“Padahal secara logika, sebenarnya tidak masuk akal karena sudah melewati dua hari setelah siswi PT mengambil barang di mobilnya. Apakah kepala sekolah yakin ataukah ada bukti bahwa siswi trsebut yang ambil barang yang hilang itu? Apalagi menurut info barang yang hilang tersebut berupa pakaian (kaus),” ungkapnya.
Bahkan ia mengatakan, kalaupun benar siswi tersebut yang mengambil barangnya, harusnya Kepsek atau Guru BP memberikan surat panggilan dan memberikan teguran agar anak didik tersebut bisa berubah dan menyadari kesalahannya.
“Tapi yang terjadi justru tidak demikian. Belum ada bukti nyata bahwa siswi trsebut bersalah, Kepala Sekolah sudah menyampaikan ke seluruh siswa dan guru lewat apel pagi di sekolah bahwa dia kehilangan sesuatu di mobil dan tertuduhlah siswi PT,” sesalnya.
Ia pun berharap, Kepsek sebagai tenaga pendidik harus menjadi teladan dan benar-benar mendidik para siswa menjadi yang terbaik. Bukan merusak mental anak didik atau membunuh karakter anak.
Bahkan, akibat kejadian tersebut, siswi PT yang sudah kehilangan sosok ayah ini tidak mau ke sekolah karena takut dan merasa malu menjadi bahan omongan teman-temannya.
Sehingga, dengan adanya pendampingan dari Disdikbud Minsel, diharapkan masalah ini bisa cepat terselesaikan agar siswi tersebut bisa kembali percaya diri untuk bersekolah dan segera mendapatkan pendidikan yang semestinya.
(Stev)







































