Bandung, Manadosulutnews – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menegaskan, Kementerian Perdagangan akan mendukung kegiatan usaha perunggasan nasional. Tujuannya, agar tercipta iklim usaha yang efektif dan efisien serta dapat lebih berdaya saing sehingga dapat menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga daging ayam ras. Hal ini disampaikan Wamendag saat menghadiri acara Rembuk Perunggasan Nasional yang digelar di Bandung, Jawa Barat, hari ini, Selasa (2/3).
Hadir pada acara ini Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Sugiyono, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Jafar Ismail, Kepala Sub Satgas Pangan Polri Kombes Helfi Assegaf, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Herry Dermawan, serta Direktur Utama PT Berdikari Harry Warganegara.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada panitia Rembuk Perunggasan Nasional yang telah menyelenggarakan acara ini secara rutin setiap tahun. Dengan diskusi ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak broiler di seluruh Indonesia sehingga iklim usaha perunggasan, dalam hal ini daging ayam ras dalam negeri, dapat berkembang dan lebih berdaya saing,” ujar Wamendag.
Wamendag menyampaikan, berdasarkan data Pinsar Indonesia, perkembangan harga ayam hidup di tingkat peternak (farmgate) dalam lima tahun terakhir cenderung bergerak fluktuatif. Rata-rata harga nasional sepanjang 2021 berkisar antara Rp19.100/kg—Rp19.450/kg. Harga ini berada di batas bawah harga acuan Permendag Nomor 7 Tahun 2020, yaitu Rp19.000/kg. Sementara, rata- rata harga eceran daging ayam ras pada Februari 2021 sebesar Rp33.300/kg, turun 3,2 persen dibanding Januari 2021.
Berdasarkan realisasi daging ayam ras tahun 2020, tercatat surplus sebesar 500.000 ton. Sedangkan berdasarkan prognosa daging ayam ras pada 2021, diperkirakan surplus sekitar 800 ribu ton atau sekitar 25 persen dari total kebutuhan.
“Kondisi kelebihan suplai tersebut mempengaruhi turunnya harga ayam hidup di tingkat peternak. Perbandingan harga dengan produksi ayam hidup di tingkat peternak menunjukkan kecenderungan harga akan naik saat volume produksi rendah dan sebaliknya. Data harga ayam hidup dibandingkan surplus bulanan menunjukkan kelebihan suplai tertinggi terjadi pada Februari 2021 yang berakibat turunnya harga ayam hidup di tingkat peternak,” terang Wamendag.
Wamendag melanjutkan, upaya penyerapan surplus daging ayam pada Februari 2021 oleh integrator terkendala kapasitas ruang pendingin (cold storage) yang tidak seimbang dengan surplus produksinya. Kapasitas cold storage integrator sebesar 20.500 ton setara 6,1 persen dari rata-rata produksi bulanan sebesar 333.850 ribu ton atau hanya 30,7 persen dari rata-rata surplus produksi bulanan 66.667 ton.
Wamendag mengimbau agar perusahaan integrator dapat membantu Pemerintah dalam menjaga iklim usaha perunggasan nasional.
“Salah satunya, dengan menyediakan ayam berumur satu hari (Day old chicken/DOC) dan pakan berkualitas dengan harga terjangkau, baik bagi peternak plasma maupun peternak mandiri. Hal ini memperhatikan keluhan peternak mandiri terhadap tingginya harga DOC dan pakan, serta kesulitan peternak mandiri dalam mendapatkan DOC dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik,” ungkapnya.
Wamendag menambahkan, Pemerintah menyadari peran penting kolaborasi antarpelaku usaha broiler nasional dalam menjamin ketersediaan daging ayam ras. Untuk itu, Kemendag memerlukan masukan yang dapat memberkan solusi guna menjaga iklim usaha broiler yang sehat dan adaptif, serta mengesampingkan ego sektoral. Tujuannya, agar dapat terwujud perekonomian perunggasan yang andal dan berkelanjutan. Untuk itu, Kemendag berkomitmen mendukung dan memonitor perkembangan harga dan ketersediaan stok.
“Pemerintah memerlukan dukungan dari seluruh pelaku perunggasan nasional, baik perusahaan integrator maupun peternak mandiri sebagai penyangga ekonomi bangsa. Untuk itu, kita harus bahu membahu, bersama-sama dalam mengembangkan iklim usaha perunggasan nasional yang kondusif dan berkeadilan, agar perunggasan nasional dapat bangkit, baik di pasar domestik, maupun di pasar global,” pungkas Wamendag.
(Stev/KemendagRI)