Manado, Manadosulutnwes – Operasional Mobile Laboratorium PCR di Tahun 2021 tetap menjadi salah satu fasilitas penunjang andalan untuk percepatan penanggulangan Covid-19, yang tentunya menyesuaikan dengan anggaran pemerintah Kota yang ada yang ada, karena setiap rencana operasional pasti membutuhkan anggaran didalamnya dan flexibilitas berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah di era pandemi ini.
Hal ini dikatakan Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Manado dr Marini Kapojos, saat ditemui media di ruang kerjanya, Jumat (03/09/2021).
“Keberadaan Mobile Lab PCR dinilai sangat penting, karena bisa lebih cepat membantu mendeteksi pasien yang terpapar Covid-19, sehingga keputusan semakin cepat untuk melakukan isolasi atau merawat pasien yang terpapar virus corona,” kata Marini.
Lebih lanjut Kapojos mengatakan, uji PCR merupakan standar gold dalam mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. “Dengan adanya alat PCR dan laboratoriumnya serta SDM/ tenaga medisnya maka penegakan diagnosa akan lebih cepat dan akurat dan penelusuran (tracing kontak erat) akan lebih baik, sehingga pemutusan rantai penularan lebih cepat,” ungkapnya.
Diketahui, hadirnya Mobile Laboratorium PCR karena terbatasnya laboratorium pengujian di suatu daerah sehingnga bisa menyebabkan lamanya proses pengujian spesimen dari suspek Covid-19. Hal tersebut dialami oleh Kota Manado sendiri pada tahun 2020, penderita Covid-19 di Kota Manado adalah yang tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara.
“Dengan penambahan kasus yang sangat cepat sehingga cukup lama bertahan di Zona Orange dan beberapa kali sempat Zona Merah, baru terdapat 2-3 laboratorium pengujian sampel Covid-19 yang siap untuk pengujian sampel yang difasilitasi dari pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada waktu itu yaitu; Laboratorium BTKL di Paniki, Laboratorium BPOM di Pineleng dan Laboratorium di RSUP Prof.Kandouw di Malalayang,” papar Marini.
Dalam keadaan keterbatasan fasilitas laboratorium pada pertengahan tahun 2020 Provinsi Sulawesi Utara sempat mengalami penumpukan sampel yang berasal dari beberapa Kabupaten Kota dan yang terbanyak adalah sampel dari Kota Manado, yang mencapai ribuan sample yang tidak bisa lagi dilakukan pengujian di Kota Manado, ditambah lagi karena ada beberapa peralatan laboratorium yang butuh perbaikan, sehingga sampel-sample tersebut akhirnya di kirim ke Jakarta dan Makasar untuk dilakukan pengujian disana.
Dengan terbatasnya jumlah laboratorium pengujian di daerah, menyebabkan tidak efektif dan efisien dalam proses penegakan diagnosa Covid-19 dan penanganannya. Sehingga upaya percepatan penanganan pandemi Covid-19 menjadi terhambat.
Berangkat dari kebutuhan yang mendesak terhadap sarana dan prasarana laboratorium biosafety level 2 untuk mendukung uji PCR deteksi Covid-19, maka Pemerintah Kota Manado lewat instansi teknis Dinas Kesehatan yang secara fungsional terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 mengambil langkah solusi untuk mengadakan1 (satu) Unit Mobile Laboratorium BSL-2.
(Stev)