TURKI – Indonesia adalah mitra dagang yang strategis bagi Turki untuk meningkatkan perdagangan. Penguatan hubungan kerja sama dengan Turki merupakan salah satu prioritas utama bagi Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga saat melakukan pertemuan dengan sekira 30 pelaku usaha Turki di Kayseri, Turki, Sabtu (1/2/2020).
“Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, kini Indonesia memiliki reputasi yang sangat baik di kancah ekonomi global. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai mitra bisnis yang strategis bagi Turki,” jelas Wamendag.
Wamendag juga menyampaikan, penting bagi kedua negara untuk terus memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi termasuk pariwisata karena Turki lebih dari sekedar ‘teman’dalam sejarah dan politik. Indonesia dan Turki merupakan negara yang besar di masing-masing kawasan. Kedua negara juga masuk dalam 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan merupakan anggota D8 dan G-20.
Wamendag menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar 5,3 persen per tahun. Selain itu, populasi di Indonesia pada 2025 akan mencapai 300 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sebesar USD 15.000. Dari total populasi tersebut, setengahnya adalah penduduk usia produktif. Tidak kalah penting, kondisi geo-strategis kedua negara. Bagi Indonesia, Turki adalah hub untuk masuk ke pasar kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
Sementara bagi Turki, selain pasar yang besar, Indonesia juga menjadi hub untuk masuk ke pasar Asia Tenggara/ASEAN dengan potensi pasar 600 juta jiwa.
“Dari potensi yang besar itu, perdagangan baik barang maupun jasa serta investasi kedua negara saat ini masih terbilang sangat kecil. Masih banyak potensi yang bisa terus digali untuk meningkatkan
perdagangan dan investasi kedua negara,” kata Wamendag Jerry.
Dengan besarnya potensi ekonomi kedua negara, sudah seharusnya Indonesia dan Turki berkolaborasi bersama. Apalagi, kedua Kepala Negara telah menetapkan target perdagangan sebesar USD 10 miliar
pada 2023.
Salah satu cara mencapai target tersebut, lanjut Wamendag, yaitu melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki (IT CEPA) yang dimulai dengan perjanjian perdagangan barang. Perundingan IT CEPA putaran ke-4 baru saja selesai.
“Saya percaya, sangat penting bagi kedua negara untuk mengakselerasi negosiasi agar IT CEPA dapat diselesaikan tahun ini. IT CEPA bukan semata-mata tentang bisnis, tetapi juga kemitraan dan kolaborasi sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya,” kata Wamendag.
Selain itu, Wamendag meminta dukungan para pelaku usaha Turki untuk mendorong pemerintah Turki mempercepat penyelesaian IT CEPA. Sehingga para pelaku usaha dari kedua negara bisa mendapatkan tarif khusus ke kedua pasar.
Dalam pertemuan tersebut, Wamendag juga memaparkan peran minyak kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia.
“Minyak kelapa sawit tidak hanya sekadar produk ekspor, tetapi merupakan representasi dari perdagangan, alam, dan budaya Indonesia,” jelas Wamendag.
Menurutnya, Minyak kelapa sawit berperan penting bagi terbukanya lapangan pekerjaan dan penurunan angka kemiskinan.
“Minyak kelapa sawit adalah sumber pendapatan langsung dan tidak langsung bagi 16,5 juta penduduk Indonesia. Sedangkan bagi negara-negara mitra, seperti Turki, minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat penting bagi industri pengolahan, seperti produk perawatan dan kosmetik, serta makanan dan minuman,” beber Jerry.
Lanjut dijelaskannya, Minyak kelapa sawit juga telah diketahui memiliki produktivitas terbesar dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit juga menjadi sumber lapangan pekerjaan bagi banyak negara, termasuk Turki.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal, Konsul Kehormatan Turki untuk RI Tahir Nursacan, serta Atase Perdagangan di Turki Eric Nababan.
Usai melakukan pertemuan dengan para pelaku bisnis Turki, Wamendag mengunjungi tiga pabrik industri, yaitu Yatas sebagai produsen matras/kasur, Kamer yang mengolah marmer, dan Hacilar Kalip yang mengolah metal/logam untuk berbagai keperluan rumah tangga.
Para pelaku usaha ini berharap dapat bermitra dengan perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan perdagangan.
Diketahui,yotal perdagangan Indonesia-Turki pada Januari-November 2019 mencapai USD 1,38 miliar. Ekspor
Indonesia ke Turki mencapai USD 1,05 dan impornya sebesar USD 321,23 juta. Dengan demikian, Indonesia surplus atas Turki sebesar USD 733,73 juta. Produk ekspor utama dari Indonesia ke Turki, antara lain minyak kelapa sawit, karet, fibers, benang, dan bubur kertas. Sedangkan produk ekspor utama Turki ke Indonesia, antara lain minyak, tembakau, borat dan karbonat, bijih kromium dan konsentrat, serta perangkat telepon.
(YMP/Humaskemendag)