JAKARTA – Neraca perdagangan RI pada periode Januari-Juni, surplus 5,5 Miliar Dolas AS. Hal tersebut tercatat pada neraca perdagangan Juni 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat neraca perdagangan Juni 2020 surplus 1,27 miliar dolar AS.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga mengatakan, capaian itu cukup bagus di tengah lesunya perdagangan internasional akibat wabah Covid-19. Dia mengapresiasi semua pihak yang membuat neraca perdagangan surplus.
“Ini adalah hasil kerja yang sangat baik yang dilakukan oleh semua pihak. Baik pemerintah maupun pelaku usaha. Kita mengapresiasi itu.” kata Jerry melalui keterangan tertulis, Kamis (16/7/2020).
Surplus pada Januari-Juni 2020 lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisit 1,93 miliar dolar AS. Pada Juni lalu, ekspor juga meningkat 2,28 persen menjadi 12,03 miliar dolar AS.
Kendati surplus, Jerry meminta agar tetap waspada karena pandemi Covid-19 belum usai. Dia berharap langkah-langkah yang komprehensif dan sinergis terus dilakukan demi mewujudkan mitigasi ekonomi yang lebih baik lagi.
“Arahan Presiden sudah jelas bahwa ekspor adalah salah satu penopang ekonomi Indonesia, baik pada saat wabah maupun saat normal. Bahkan sebelum adanya wabah Covid-19 ini, Presiden Jokowi sudah menetapkan arah kebijakan kerja sama luar negeri yang lebih menekankan pada dampak ekonomi termasuk dalam kaitannya dengan peningkatan ekspor. Itu sebabnya kita harus terus meningkatkan kinerja yang baik ini,” tuturnya.
Menurut Jerry, produk barang dan jasa Indonesia masih sangat diminati di pasar luar negeri. Mantan anggota Komisi I DPR tersebut yakin volume eskpor barang dan jasa Indonesia perlahan akan terus meningkat.
Apalagi, kata dia, Indonesia baru saja menyelesaikan dua perjanjian perdagangan yang penting yaitu IA-CEPA dengan Australia dan AKHFTA dengan ASEAN-Hong Kong. Keduanya berlaku sejak awal Juli 2020.
Jerry mendorong agar kedua perjanjian perdagangan itu dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha.
”Jadi perjanjian ini sebenarnya merupakan perjanjian yang lebih luas daripada sekadar soal perdagangan barang dan jasa. Ada peluang investasi juga di situ. Misalnya dalam AHKFTA di situ ada klausul yang memungkinkan pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Hong Kong dengan kepemilikan hingga 100 persen untuk sektor konstruksi. Nah peluang-peluang seperti itu yang harus dioptimalkan oleh para pelaku usaha kita,” katanya.
Selain dua perjanjian itu, Jerry yakin pasar Afrika dan Timur Tengah akan makin terbuka. Kedua wilayah ini merupakan target ekspansi perluasan pasar ekspor. Berbagai upaya- terus dilakukan lewat atase perdagangan dan diplomat ekonomi.
“Promosi ekspor, business matching dan upaya-upaya pembukaan pasar lainnya terus-menerus dilakukan oleh para atase perdagangan maupun Lepala ITPC (Indonesia Trade Promotion Center) di berbagai negara meskipun ada keterbatasan akibat wabah,” ucapnya.
(YMP)